18.5.11

FUNGI

DIVISI CHYTRIDIOMYCOTA - ORDO MONOBLEPHARIDALES


Fungi adalah eukariota, dan sebagian besar adalah eukariota multiselular. Meskipun fungi pernah dikelompokkan ke dalam kingdom tumbuhan, fungi adalah organisme unik yang umumnya berbeda dari eukariota lainnya ditinjau dari cara memperoleh makanan, organisasi struktural, serta pertumbuhan dan reproduksi.

Nutrisi absorptif memungkinkan fungi hidup sebagai pengurai dan simbion

Fungi adalah heterotrof yang mendapatkan nutriennya melalui penyerapan (absorption). Dalam cara nutrisi ini, molekul-molekul organik kecil diserap dari medium sekitarnya. Fungi akan mencerna makanan diluar tubuhnya dengan cara mensekresikan enzim-enzim hidrolitik yang sangat ampuh ke dalam makanan tersebut. Enzim-enzim itu akan menguraikan molekul kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana yang dapat diserap dan digunakan oleh fungi.

Cara memperoleh nutrien yang absorptif ini menjadikan fungi terspesialisasi sebagai pengurai (saproba), parasit, atau simbion-simbion mutualistik. Fungi saprobik menyerap zat-zat makanan dari bahan organik yang sudah mati, seperti pohon yang sudah tumbang, bangkai hewan, atau buangan organisme hidup. Di dalam proses nutrisi saprobik ini, fungi menguraikan bahan organik tersebut. Fungi parasitik menyerap zat-zat makanan dari sel-sel inang yang masih hidup. Beberapa jenis fungi parasitik, misalnya seperti spesies tertentu yang menginfeksi paru-paru manusia, bersifat patogenik. Fungi mutualistik juga menyerap zat makanan dari organisme inang, akan tetapi fungi tersebut membalasnya dengan dengan fungsi yang lebih menguntungkan bagi pasangannya dalam hal tertentu, misalnya membantu suatu tumbuhan di dalam proses pengambilan mineral dari tanah.

Fungi menempati lingkungan yang sangat beraneka ragam dan berasosiasi secara simbiotik dengan banyak organisme. Meskipun paling sering ditemukan di habitat darat, beberapa fungi hidup di lingkungan akuatik, dimana fungi tersebut berasosiasi dengan organisme laut dan air tawar serta dengan bangkai organisme laut tersebut. Fungi simbiotik lainnya hidup di dalam jaringan tumbuhan yang sehat, dan spesies lain membentuk mutualisme-mutualisme pengkonsumsi-selulosa dengan serangga, semut dan rayap.

Luas permukaan yang sangat besar dan pertumbuhan yang cepat mengadaptasikan fungi untuk nutrisi absorptif. 

Tubuh vegetatif (aktif secara nutrisional) dari sebagian besar fungi umumnya tersembunyi, terorganisir secara difusi di sekitar dan di dalam jaringan sumber makanannya. Tubuh fungi terdiri dari unit-unit yang disebut hifae (tunggal, hifa). Hifa adalah benang halus yang merupakan bagian dari dinding tubuler yang mengelilingi membran plasma dan sitoplasma. Sitoplasma mengandung organel yang umum ditemukan pada eukariota. Hifa membentuk suatu hamparan anyaman yang disebut miselium (jamak, miselia), yaitu merupakan jaringan “makan” dari suatu fungi. Miselia fungi dapat berukuran sangat besar , meskipun miselia umumnya tidak terlihat oleh mata kita, karena miselia hidup di bawah permukaan tanah.

Sebagian besar fungi adalah organisme multiseluler dengan hifa yang dibagi menjadi sel-sel oleh dinding yang bersilangan, atau septa (tunggal, septum). Septa umumnya memiliki pori yang cukup besar agar ribosom, mitokondria, dan bahkan nukleus dapat mengalir dari satu sel ke sel lain. Dinding sel fungi berbeda dari dinding selulosa tumbuhan. Sebagian besar fungi membentuk dinding selnya terutama dari kitin (chitin), suatu polisakarida mengandung-nitrogen yang kuat namun fleksibel yang mirip dengan kitin yang ditemukan pada kerangka eksternal serangga dan artropoda lainnya. Beberapa fungi adalah asepta ; artinya , hifanya tidak dibagi menjadi sel-sel oleh septum. Dikenal sebagai fungi senositik (coenocytic), fungi-fungi ini terbentuk dari suatu massa sitoplasmik yang kontinu dengan ratusan atau ribuan nukleus. Kondisi senositik tersebut adalah hasil dari pembelahan nukleus berulang ulang tanpa pembelahan sitoplasmik.

Korelasi antara struktur dan fungsi adalah salah satu tema mendasar dalam biologi. Struktur mirip filamen yang dimiliki miselium memberikan luas permukaan yang sangat besar, yang cocok dengan nutrisi absorptif pada fungi : 10 cm3 tanah organik yang subur bisa mengandung sebanyak 1 km hifa. Jika hifa-hifa ini memiliki diameter 10 µm saja, sekitar 314 cm2 luas permukaan fungi akan berinteraksi dengan 10 cm3 tanah itu. Fungi parasitik umumnya memiliki sejumlah hifa yang termodifikasi sebagai haustoria, ujung hifa penyerap makanan yang menembus jaringan inangnya.

Miselium fungi tumbuh dengan sangat cepat, bertambah sebanyak satu kilometer hifa setiap hari seiring bercabangnya miselium di dalam sumber makanan. Pertumbuhan yang demikian cepat ini bisa terjadi karena protein dan bahan-bahan lain yang disintesis oleh keseluruhan miselium disalurkan oleh aliran sitoplasmik ke bagian ujung dari hifa yang menjulur. Fungi menghimpun energi dan sumberdayanya untuk menambah panjang hifa yang tentunya akan menambah luas permukaan absorptif keseluruhan, bukan ukuran diameternya. Fungi adalah organisme yang tidak bergerak ; mereka tidak dapat berjalan, berenang, atau terbang untuk mencari makanannya atau untuk mencari pasangan kawinnya. Akan tetapi miselium mengatasi ketidakmampuan bergerak itu dengan menjulurkan ujung-ujung hifanya dengan cepat ke teritori baru.

Fungi bereproduksi dengan cara melepaskan spora yang dihasilkan secara seksual atau aseksual

Spora fungi memiliki berbagai bentuk dan ukuran, dan dapat dihasilkan secara seksual atau bisa juga secara aseksual. Pada umumnya spora adalah organisme uniseluler, akan tetapi ada juga spora yang multiseluler. Spora dihasilkan di dalam, atau dari, struktur hifa yang terspesialisasi. Ketika kondisi lingkungan memungkinkan, pertumbuhan yang cepat, fungi mengklon diri mereka sendiri dengan cara menghasilkan banyak sekali spora secara aseksual. Terbawa oleh angin dan air, spora-spora tersebut berkecambah jika mereka mendarat di tempat lembab pada permukaan yang sesuai. Dengan demikian spora berfungsi dalam penyebaran banyak spesies fungi ke berbagai tempat. Spora fungi yang dibawa oleh udara telah ditemukan lebih dari 160 km di atas permukaan bumi. 

Bagi banyak fungi, seks adalah salah satu cara reproduksi darurat yang dilakukan ketika terjadi perubahan lingkungan. Dibandingkan dengan reproduksi aseksual, reproduksi seksual menghasilkan keturunan dengan keanekaragaman genetik yang lebih besar. Sebagai bahan mentah untuk seleksi alam, variasi individu pada keturunan ini dapat membantu mereka beradaptasi di lingkungan yang berubah.

Nukleus-nukleus dari hifa fungi dan spora fungi pada sebagian besar spesies adalah nukleus haploid, kecuali untuk tahapan diploid sementara yang terbentuk selama siklus hidup seksual. Akan tetapi, beberapa miselia bisa menjadi heterogen secara genetik melalui penyatuan dua hifa yang memiliki nukleus yang secara genetik berbeda. Pada beberapa kasus, nukleus-nukleus yang berbeda ini menetap di bagian yang berlainan dalam miselium yang sama, yang kemudian menjadi suatu mosaik ditinjau dari genotipe dan fenotipenya. Pada kasus lain, nukleus-nukleus yang berlainan ini akan bercampur dan mungkin saja saling bertukar kromosom dan gen di dalam suatu proses yang mirip dengan proses pindah-silang. Siklus hidup pada banyak fungi meliputi 3 fase yang jelas berbeda: haploid, dikariotik, dan diploid.

DIVISI CHYTRIDIOMYCOTA

Para ahli sistematika mulai mengalami kemajuan yang pesat dalam pemilahan hubungan filogenetik antara fungi dan eukariota lain. Salah satu penghubung antara fungi dan protista mungkin adalah suatu kelompok organisme yang disebut khitrid. Sebagian besar khitrid adalah organisme akuatik. Beberapa di antaranya adalah saproba; yang lain hidup sebagai parasit di dalam protista, tumbuhan dan juga di dalam invertebrata akuatik. 

Hingga saat ini, sejumlah ahli sistematika menekankan tidak adanya sel-sel berflagela sebagai salah satu kriteria bagi anggota dalam kingdom fungi. Dengan kriteria tersebut, khitrid dikeluarkan dari kingdom fungi dan dimasukkan ke dalam kingdom protista (dalam sistem lima kingdom), karena khitrid membentuk spora berflagela tunggal yang disebut zoospora. Akan tetapi, dalam satu dekade belakangan ini, para ahli sistematika molekuler yang membandingkan urutan protein dan urutan asam nukleat pada khitrid dan fungi menemukan bukti kuat untuk menggabungkan khitrid dengan fungi sebagai salah satu cabang monofiletik dari pohon silsilah eukariotik. Ciri-ciri utama mirip fungi lain yang ditemukan pada khitrid adalah cara nutrisi yang absorptif dan dinding sel yang terbuat dari kitin. Sebagian besar khitrid membentuk hifa senositik, meskipun ada juga yang uniseluler. Khidrid juga memiliki beberapa enzim utama dan jalur metabolisme yang dimiliki fungi tetapi tidak ditemukan pada apa yang disebut-sebut sebagai protista-protista mirip-fungi (jamur air dan jamur lendir). Bukti-bukti yang ada menyebabkan banyak ahli biologi mengklasifikasikan khitrid ke dalam divisi chytridiomycota di dalam kingdom fungi.

Bukti molekuler juga mendukung hipotesis bahwa khitrid merupakan fungi yang paling primitif, yang berarti bahwa khitrid termasuk ke dalam garis keturunan yang memisah paling awal dalam filogeni fungi. Satu perluasan yang masuk akal dari hipotesis ini adalah bahwa fungi berevolusi dari protista yang memiliki flagella, suatu ciri yang dipertahankan dalam kingdom fungi hanya oleh khitrid. 

Divisi Chytrydiomycota hanya terdiri dari satu kelas, yaitu Chytridiomycetes. Divisi ini merupakan satu-satunya dari ke-empat divisi fungi yang memiliki spora berflagel tipe whiplash pada bagian posterior (zoospora) dalam daur hidupnya. Ciri khusus lain dari divisi ini adalah thalus dengan tipe hifa senosit, berbentuk globose atau ovoid. Zigot berkembang menjadi spora atau sporangium rehat (dorman) dan komponen dinding sel utama adalah kitin dan glukan.

Chytridiomycetes (chytrid) berjumlah kira-kira 100 genus dengan ± 1000 spesies. Umumnya hidup sebagai saprofit pada tanah dan air (khususnya air tawar), namun demikian banyak pula chytrid yang bersifat patogen baik pada tanaman, hewan atau bahkan pada fungi lain.

Ukuran chytrid sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Pengetahuan manusia mengenai kegunaan divisi ini masih belum banyak. Barr (1990) menyatakan opini bahwa peranan chytrid adalah sebagai infader dan decomposer pertama bahan-bahan organik terutama yang mengandung kitin, keratin, selulosa, dan hemiselulosa.

Ada sejumlah chytrid yang berhubungan langsung dengan kepentingan manusia. Contoh spesies patogen adalah Synchytrium endobioticum menyebabkan black ward desease pada tanaman kentang. Olpium brassicae adalah parasit pada akar tanaman kubis dan merupakan vektor dari berbagai virus tanaman yang bernilai ekonomi tinggi (Teakle, 1983). Physoderma maydis dan Urophylyctis alfalfae menyebabkan penyakit bercak coklat pada tanaman jagung dan Crown wart tanaman alfalfa. 

Genus Coelomyces parasit pada larva nyamuk sehingga di kemudian hari mungkin bisa digunakan sebagai agens hayati. Blastocladiella emersonii dan Allomyces macrogynus adalah saprofit yang hidup bebas dan banyak digunakan sebagai objek percobaan pada laboratorium molekular. 

Reproduksi aseksual pada chytrid melibatkan zoospora yang dibentuk dalam sporangium. Selama tahapan awal perkembangan, sporangium mengandung protoplasma yang tidak terpisah-pisah dengan banyak nukleus. Kemudian, protoplasma akan mulai membelah menjadi banyak spora berinti satu yang memiliki satu flagel di bagian posterior. Selanjutnya zoospora akan dilepaskan dari sporangium melalui satu atau lebih papilla atau pada lubang di ujung sporangium yang disebut operculum. 

Reproduksi seksual pada chytrid akan menghasilkan zigospora melalui beberapa metode plasmogami, yaitu :

a. Kopulasi planogametik
Isogami : dua plano gamet yang secara morfologi sama,
namun secara fisiologi berbeda bergabung dalam air membentuk suatu zigot yang motil.
Anisogami : salah satu planogamet lebih besar ukurannya dibandingkan planogamet yang lain. Kedua gamet yang berbeda ukuran ini kemudian bergabung membentuk zigot yang bersifat motil di dalam air.
Oogami : gamet jantan yang motil dilepaskan oleh antheridia ke dalam air dan akan berenang menuju oogonia sehingga kemudian terjadi fusi.

b. Kopulasi gametangia
Merupakan transfer protoplasma beserta isinya dari satu gametangia ke gametangia lain.

c. Somatogami
Merupakan fusi dari dua hifa somatik.

Klasifikasi Chytridiomycota pada awalnya berdasarkan morfologi structur somatic dan reproduksi, tetapi seperti yang didiskusikan oleh Miller (1976) dan Barr (1980, 1990) di dalam Alexopoulus dan Mims (1996) dasr tersebut tidak lagi memenuhi syarat. Oleh karena itu klasifikasi Chytridiomycota secara modern lebih menekankan pada ultrastruktur zoospora yang dihasilkan. Barr (1990) membagi divisi ini menjadi satu kelas tunggal yaitu Chytridiomycetes yang terdiri dari 4 ordo, yaitu : Chytridiales, Spizelomycetales, Blastocladiales, Monoblephariales. Kemudian Li & Heath (1993) menambahkan satu ordo lagi yaitu Neocallimasticales.

ORDO MONOBLEPHARIDALES

Tubuh organisme ini berupa benang-benang halus, bercabang-cabang tidak bersekat, jadi merupakan suatu pipa dengan banyak inti. Dinding terdiri atas selulosa. Pembiakan aseksual dengan zoospora yang mempunyai satu bulu cambuk yang opistokon. Zoospora terbentuk dalam sporangium yang berbentuk gada. Pembiakan generatif melalui oogami. Oogonium terdiri atas ujung hifa yang membesar dan membulat dan terpisah oleh suatu sekat. Di dalamnya terdapat satu sel telur dengan satu inti. Anteridium terdapat tepat dalam bawah oogonium yang lalu juga terpisah dengan suatu sekat dan pada waktunya mengeluarkan spermatozoid-spermatozoid yang mempunyai satu inti dan satu bulu cambuk.

Perkawinan berlangsung di dalam oogonium. Zigot ada yang tetap tinggal dalam oogonium, ada yang keluar tetapi tinggal melekat pada ujung oogonium yang lalu menjadi badan dengan dinding yang kuat dan berduri. Ada pula yang meninggalkan oogonium dan bergerak dengan perantaraan bulu cambuk yang berasal dari spermatozoid. Gamet dan sporangium terbentuk pada satu individu, jadi pada monoblepharidales tidak ada pergiliran keturunan.

Ordo ini hanya terdiri dari beberapa spesies. Kebanyakan anggotanya merupakan saprofit, hidup pada buah atau ranting yang terendam dalam air tawar. Menurut Barr (1990), ribosom pada ordo ini terletak mengelilingi nukleus yang terletak di bagian tengah zoospora. Tetes lemak berada di bagian ujung anterior, sementara sejumlah mitokondria berada pada ujung posterior. Monoblepharidales meliputi suku Monoblepharidaceae yang mencakup Monoblepharis sphaerica, Monoblepharis polymorpha. 

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Campbell, Neil A. Reece-Mitchell. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta ; Erlangga
Tim Dosen Biologi MIPA UNP. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Padang ; Fakultas MIPA UNP
Tjitrosaepomo, Gembong. 1998. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta ; Gadjah Mada University Press

ALGAE


Devisi Euglenophyta (Algae Berflagel)

Sebagian besar uniseluler, memiliki flagel 1, 2, atau 3. Sebagian besar hidup di air tawar,  juga ditemukan di kolam atau tempat yang berlumpur. Sel-selnya telanjang dan  bentuk bulat memanjang. Ada yang mempunyai kloroplas dan ada yang tidak.
Dalam klasifikasi sekarang kelompok ini sudah merupakan kingdom tersendiri yaitu Euglenozoa. Kelompok ini mempunyai sifat tumbuhan ataupun hewan. Bersifat tumbuhan berarti memiliki kloroplas yang mengandung klorofil a dan b serta pigmen lain yaitu karotin dan xantofil. Sedangkan bersifat hewani karena tidak mempunyai dinding sel, mempunyai stigma yang peka terhadap cahaya, dan cara makannya seperti amuba. Makanan cadangannya berupa paramilum dan lemak.
Pembiakan pada euglenophytha adalah pembiakan aseksual dengan jalan pembelahan sel. Beberapa marga, sel vegetatif dikelilingi suatu seludang yang tegar, disebut lorika. Lorika tidak mengandung selulosa tetapi gelatin, dan sama sekali tidak berhubungan dengan sitoplasma. Contoh: Euglena viridis dan Euglena gracilis

Devisi Pyrrophyta

Kebanyakan anggota devisi ini disebut dinoflgelata yang memiliki flagel 2. Pada umumnya uniseluler, motil, dan beberapa diantaranya tanpa pembungkus tetapi sebagian besar dilengkapi dengan dinding sel yang terdiri dari selulosa.
Ciri yang utama adalah adanya celah dan alur disebelah luar, masing-masing mengandung satu bulu cambuk. Satu alur melintang dan seluruhnya melingkungi selnya, yang satu lagi membujur dan hanya meluas sepanjang satu sisi. Ada yang mempunyai dinding sel yang terdiri dari dua belahan, ada yang homogen dan kontiniu, ada juga yang  dinding selnya terdiri atas keping-keping yang poligonal.
Alga ini mempunyai klorofil a dan c, serta pigmen lain yaitu karotin dan xantofil. Serta makanan cadangannya berupa pati. Dinoflagelata terutama hidup di laut, bersama bintang laut yang amat kecil memancarkan cahaya yang banyak sehingga sangat mencolok pada waktu malam, teristimewa saat laut itu terganggu. Dinoflagelata bersama-sama diatom, sangat penting peranannya dalam ekonomi laut karena :

  1. Sebagai plankton dalam kehidupan air
  2. Rantai makanan alam air
  3. Asal petroleum dan gas.
Pembiakannya adalah aseksual melalui pembelahan sel, pembentukan zoospora, dan aplanospora. Pembiakan seksual pernah dilaporkan hanya terjadi pada dua marga. Contoh: Perinidium dan Ceratium hirudinella.

Devisi Chrysophyta

Chrysophyta (golden  algae) (bahasa Yunani Chrysos, “keemasan”) dinamai menurut warnanya, yang dihasilkan oleh karoten kuning dan cokelat serta pigmen asesoris xantofil. Sel-selnya berciri khas sebagai biflagelata (berflagel  ganda), dimana kedua flagelanya terpaut dekat salah satu ujung sel-sel tersebut.
Alga ini hidup di tempat yang lembab, air tawar dan air laut. Makanan cadangannya berupa lemak dan leukosia (leosin), tidak pernah dibentuk pati. Dinding sel terdiri dari selulosa, hemiselulosa, pektin, dan silika. Kelompok ini terbagi menjadi 3 kelas yaitu ganggang hijau-kuning, ganggang cokelat emas, dan diatome.

A.    Kelas Xanthophyceae (algae  hijau-kuning)
Alga ini mempunyai plastid hijau kekuning-kuningan, warna itu disebabkan kelebihan xantofil. Memiliki talus uni/multiseluler, terdiri dari filamen yang berbentuk tabung, kadang-kadang bercabang-cabang. Alga ini dapat hidup di air atau di darat, yang hidup di air tumbuh dalam massa seperti beludru di kolam atau tepi sungai yang lembab, atau sebagai selaput yang tipis di tanah kebun atau di pot-pot yang ada dalam rumah kaca. Yang hidup di darat mempunyai rizoid seperti akar dan tidak bewarna untuk melekatkan diri pada tanah. Filamen berinti banyak tidak mempunyai sekat, kecuali jika terdapat struktur reproduktif. Filamen seperti ini dinamakan senisit (coenocyt). Beberapa marga mempunyai dinding sel yang terdiri atas dua belahan. Sel-sel vegetatif yang dapat bergerak maupun sel-sel generatif memiliki flagel dua.
Pembiakan aseksual dengan pembentukan zoospora atau aplanospora. Pembiakan seksual terjadi dengan isogami melalui peleburan dua zoogamet dan oogami.
  • Botrydium
Mempunyai talus uniseluler, pembiakan aseksual tanpa pembelahan sel, tetapi dengan pembentukan zoospora yang berflagel dua atau aplanospora. Pembiakan seksual melalui  perkawinan isogami dengan gamet-gamet yang memiliki dua flagel, satu panjang dan satu pendek atau dengan anisogami.
  • Vaucheria
Memiliki talus yang terdiri atas filamen dengan sedikit bercabang. Satu sel dengan panjang beberapa sentimeter. Bila alga ini terdapat di darat akan membentuk rizoid. Pembiakan aseksual dengan zoospora yang berflagel banyak, berinti banyak. Zoosporangium terdapat pada ujung filamen dan pada bagian pangkalnya dibatasi oleh satu septum. Zoosporangium ini hanya menghasilkan satu zoospora. Pembiakan seksual dengan oogami. Ada jenis Vaucheria yang homotalus dan heterotalus, yang homotalus anteredium berbentuk kait, disebelahnya tumbuh oogonium yang menghasilkan satu sel telur.         

B.     Kelas Chrysophyceae (algae coklat emas)
Kelompok algae ini terlihat bewarna coklat keemasan karena komposisi pigmen xantofil dan karoten yang khas sehingga menutupi warna hijau dari klorofil. Beberapa spesies tidak memiliki dinding sel sama sekali, sementara spesies lain dinding selnya terdiri dari  selulosa atau silika. Dinding sel yang mengandung silika ini biasanya berupa rangka seperti tabung atau bintang. Para ahli meyakini bahwa rangka dari silika ini dihasilkan oleh badan golgi (Van Valkenburg. 1980).
Chrysophyceae membentuk spora istirahat yang dinamakan dengan statospora yang dibentuk di dalam suatu rangka silika. Statospora akan berkecambah bila keadaan menguntungkan dan protoplasma spora tersebut akan membelah membentuk zoospore dalam jumlah yang banyak. Reproduksi secara seksual dengan isogami.
Chrysophyceae uniseluler, memiliki sel berflagel dua yang tidak sama panjang (heterokon), flagel yang panjang bertipe tinsel dan flagel yang lebih pendek bertipe whiplas. Chrysophyceae dibagi menjadi dua bangsa yaitu :
  • Ochromonadales. Umumnya uniseluler, berflagel dua dan tidak memiliki dinding sel, beberapa spesies berbentuk koloni. Contoh: OchromonasSpumellaSynura.
  • Dictyohales. Umumnya ditemui berupa fosil di lautan, dinding sel bersilika, dan berflagel. Contoh: DictyochaDistephanus.

C.    Kelas Bacillariophyceae (Diatome)
Alga ini uniseluler atau berbentuk koloni yang hidup di air tawar dan air asin. Kebanyakan spesies ini berenang bebas dan sebagian menempel pada tumbuhan atau benda lain. Dinding sel terdiri dari dua belahan atau katup (valva) yang saling menutupi. Bentuk sel persegi panjang sampai bulat tetapi banyak variasinya. Dinding sel terdiri dari lapisan pektin dibagian dalam dan lapisan silika di bagian luar. Silika adalah mineral yang paling banyak tersebar di muka bumi dan merupakan bagian pokok kaca. Apabila pektin dan kandungan organik sel itu hancur, maka tersisalah cangkang silika yang tembus cahaya.
Diatome memperbanyak diri dengan seksual atau aseksual tetapi yang paling utama adalah pembelahan sel. Setelah mitosis inti plasma terbagi dua, masing-masing sel anak membawa satu valva dari sel induk. Valva tersebut pada sel anak selalu dijadikan epiteka, jadi tiapsel anak membentuk hipoteka yang baru sebagai pelengkap dinding sel. Pada tiap pembelahan sel, hal yang sama akan terjadi sehingga akan terjadi satu populasi yang makin kecil. Hal ini tidak berjalan terus menerus, karena pada suatu saat sel diatome yang mencapai ukuran tertentu akan membentuk aukospora yang menghasilkan sel-sel vegetatif dengan ukuran maksimum untuk jenis tersebut.

Pembentukan  Aukospora
Aukospora diatome bersifat zigot, meskipun adakalanya pada jenis tertentu terjadi partenogenesis di mana sel telur berkembang menjadi individu tanpa dibuahi. 
Pembentukan  aukospora  pada  bangsa  pennales :
  1. Pada dua sel diatome masing-masing terjadi miosis. Di dalam tiap sel satu nukleus  saja berkembang, sedangkan tiga lainnya berdegenerasi. Kedua sel ini akan keluar dari frustul dan melebur. Protoplas ini akan berkembang sampai ukuran normal, inilah yang disebut aukospora yang kemudian membentuk kedua valvanya. Hasil dari proses ini adalah satu sel diatome.
  2. Protoplasdua sel diatome mengalami miosis, dua inti dari tiap sel ini berdesintegrasi. Dua inti yang hidup dalam tiap sel membentuk dua gamet. Gamet-gamet ini keluar dari frustul dan melebur secara silang (plasmogami dan kariogami). Hasilnya adalah dua aukospora yang masing-masing membentuk frutus baru.
  3. Dua sel diatome berdempetan berada dalam satu selaput, tanpa melebur masing-masing menjadi satu aukospora. Proses ini dianggap sebagai partenogenesis suatu gamet yang diploid.
  4. Satu sel diatome mengalami meiosis, dari 4 inti, 2 akan mati, sisanya akan menjadi gamet yang berfusi (autogami) dan menjadi satu aukospora yang diploid. Aukospora yang dibentuk pada bangsa Centrales mengikuti cara no 4 ini.
Bacillariophyceae dibagi menjadi 2 bangsa :
1.      Centrales yang bersimetri radial.
Contoh : Melorisa, Cyclotella, Stepanodiscus.
2.      Pennales yang bersimetri bilateral.
Contoh : Navicula, Tabellaria, Cocconeis, Cymbella.


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Campbell, Neil A. Reece-Mitchell. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta ;  Erlangga

Tim  Dosen  Biologi  MIPA  UNP.  2009.  Taksonomi  Tumbuhan.  Padang ;  Fakultas  MIPA  UNP

Tjitrosaepomo, Gembong.  1992.  Taksonomi  Tumbuhan.  Yogyakarta ;  Gadjah  Mada  University  Press

6.5.11

PETA GENOM "Peta Terhebat Yang Pernah Ada"

“Nyatalah. Ini peta terhebat dan terpenting yang pernah dibuat umat manusia.” (Presiden Bill Clinton)

Pada pukul 06.00, 26 Juni 2000 di Gedung Putih, berlangsung sebuah peristiwa penting dalam sejarah perkembangan umat manusia yang telah berjalan selama 100.000 tahun ini. Seorang ilmuwan yang bernama Craig Venter naik ke atas podium dan mengumumkan telah selesainya penyusunan sequence kode genetik manusia. “Untuk pertama kalinya, spesies kita dapat membaca zat-zat kimia penyusun kode genetik manusia,” ujar Craig.

Hasil penemuan ini kemudian dipublikasikan di jurnal bergengsi Science pada 16 Februari 2001. Makalah itu ditulis oleh 283 orang , panjangnya 47 halaman, dan menampilkan peta lipat genom manusia selebar 1,5 m yang berwarna, serta rujukan ke data pelengkap di situs jaringan Science. Keberhasilan para ilmuwan dalam memetakan kode genetik manusia ini merupakan salah satu pencapaian dari sebuah proyek internasional yang bernama Human Genome Project (HGP).

Sebuah Proyek Raksasa
HGP resmi dimulai pada bulan Oktober 1990. Tujuannya adalah untuk menentukan urutan lengkap dari 3 miliar subunit DNA, mengidentifikasi seluruh gen manusia, membuatnya dapat diakses lebih jauh untuk kepentingan penelitian biologi, dan mempelajari berbagai dampak sosial, etis, bahkan dampak politis yang timbul dari pemetaan yang dilakukan. Sebelumnya para peneliti juga telah memetakan kode genetik dari 24 spesies, dari jenis virus sampai bakteri, tanaman dan serangga, dan kini manusia. Hasilnya memperlihatkan bahwa semua organisme disatukan oleh satu kode genetik yang berlaku umum.

Proyek ini adalah sebuah kerja raksasa karena sekitar 3,5 milyar huruf dalam genom manusia harus dibaca. Jika diandaikan sebuah buku, dan kecepatan rata-rata orang membaca sepuluh huruf adalah satu detik. Maka buku itu akan selesai dibaca dalam sepuluh tahun (tanpa henti) dengan perhitungan bahwa kecepatan sepuluh huruf per detik sama dengan 600 huruf per menit, 36.000 huruf per jam, 864.000 huruf per hari dan 315.360.000 basa per tahun.

Awalnya, proyek ini direncanakan selesai dalam 15 tahun. Akan tetapi, perkembangan teknologi yang pesat membuat proyek ini selesai lebih cepat dari yang direncanakan. Draft pertama selesai pada Juni 2000 dan hasil akhir yang berupa peta genom manusia yang sempurna selesai seluruhnya pada tahun 2003.

Selama 13 tahun tersebut proyek ini berjalan di bawah koordinasi Departemen Energi Amerika Serikat dan Institut Kesehatan Nasional. Lebih dari 15 negara terlibat dalam proyek ini yaitu diantaranya Australia, Brazil, Kanada, China, Denmark, Perancis, Jerman, Israel, Italia, Jepang, Korea, Meksiko, Belanda, Rusia, Swedia, dan Inggris. Inilah upaya ilmiah terorganisasi terpenting yang pernah ada.

Genom Manusia
Kata genom berasal dari gene (gen) dan chromosome (kromosom). Genom adalah seluruh DNA yang terdapat pada sebuah organisme, di dalamnya mencakup gen. Gen membawa informasi untuk membuat seluruh protein yang diperlukan untuk aktivitas hidup organisme. Protein ini akan menentukan bagaimana penampilan organisme tersebut, seberapa baik fungsinya dalam metabolisme makanan, bagaimana daya tahannya terhadap infeksi, dan bagaimana organisme tersebut berperilaku.

DNA terbentuk dari 4 zat kimia yang sama (disebut basa dan diberi kode A, T, C, dan G). yang berulang-ulang jutaan atau miliaran kali di dalam genom. Genom manusia, sebagai contoh memiliki 3 miliar pasang basa.

Susunan As, Ts, Cs, dan Gs dalam DNA suatu organisme adalah “cetak biru” organisme tersebut. Susunan itu menentukan seluruh keberagaman kehidupan yang ada di dunia, menentukan apakah suatu organisme itu manusia atau spesies lain seperti jamur, nasi atau buah-buahan. Setiap organisme memiliki susunan genom tersendiri dan inilah fokus proyek genom. Karena seluruh organisme disatukan oleh suatu kode genetik yang berlaku umum, data yang didapat dari genom selain manusia juga memberikan pengetahuan baru tentang genom manusia.

Pada genom manusia, kira-kira 3,5 miliar pasang basa tersusun di dalam kromosom dan masing-masing individu memiliki susunan yang unik. Konsensus memprediksikan terdapat sekitar 20.000-25.000 gen pada tubuh manusia, tetapi tidak semua peneliti genom setuju. Untuk mendapatkan gambaran ukuran genom yang ada pada setiap sel manusia, maka dapat dianalogikan seperti berikut : Jika urutan DNA dari genom manusia disusun dalam suatu buku, maka jumlah buku yang diperlukan untuk menuliskan semuanya akan sama dengan 200 buah buku telepon kota Manhattan yang setiap bukunya berisi 1000 halaman.

Menyimpan seluruh informasi ini adalah tantangan terbesar untuk pakar komputer yang dikenal dengan spesialis bioinformatik. 1 juta basa (disebut megabasa dan disingkat Mb) dari data urutan DNA secara kasar sama dengan 1 megabytes ruang data penyimpanan komputer. Karena genom manusia terdiri dari 3 miliar pasang basa, 3 gigabytes ruang data penyimpanan komputer diperlukan untuk menyimpan data seluruh genom ini. Itu hanya mencakup data nukleotida saja dan tidak termasuk penjelasan dan informasi lain yang menyertainya.

Revolusi Pengobatan
Pemetaan kode genetik manusia akan memberikan keuntungan yang fantastis untuk kehidupan manusia, beberapa sudah dapat diperkirakan namun beberapa lagi akan mengejutkan kita semua. Informasi tentang DNA yang lengkap dan mendetail akan menjadi kunci untuk memahami struktur, organisasi, dan fungsi DNA dalam kromosom. Peta genom dari organisme lain pun telah menyediakan informasi tentang sistem biologis yang kompleks. Pengumpulan informasi dan pengembangan teknologi ini akan membawa revolusi terhadap eksplorasi dunia biologi di masa depan serta dapat diaplikasikan untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pertanian, produksi energi, dan perbaikan lingkungan.

Salah satu bidang yang akan turut sangat berkembang pesat adalah dunia kedokteran. Pengetahuan mengenai efek variasi DNA pada individu dapat membawa perubahan pada cara mendiagnosis, mengobati, serta mencegah kelainan yang ditimbulkan oleh kelainan gen. Banyak orang memiliki gen yang tidak sempurna dalam tubuhnya. Namun gen tersebut baru menimbulkan efek ketika berinteraksi dengan faktor lingkungan dan cara hidup tertentu. Sekitar 2.000-5.000 kelainan gen diduga menimbulkan penyakit. Termasuk penyakit-penyakit yang banyak diderita saat ini seperti diabetes, jantung koroner, hipertensi, trombosis vena, arthritis, dan kanker. Namun karena belum jelas berapa banyak gen yang terlibat, proses penanganannya belum efektif dan efisien.

Identifikasi gen dan hubungannya dengan penyakit atau kelainan tertentu akan mempercepat dan mengefisienkan proses penanganannya. Apabila hal ini telah dapat dipahami sepenuhnya, maka cara pengobatan tidak lagi bersifat trial and error. Sejak 1990-an telah ditemukan 500-an target biologis yang menjadi sasaran obat. Dengan pemetaan genom, 500 target biologis lainnya akan menyusul.

Disamping itu, penemuan gen penyebab penyakit membuka peluang ditemukannya penyembuhan penyakit lewat terapi gen. Metode terapi gen atau transfer gen cukup memberi harapan untuk penanganan penyakit yang belum ditemukan obatnya seperti kanker dan AIDS. Caranya adalah mengganti atau menyuntikkan tambahan gen untuk merangsang kekebalan. Teknologi ini ternyata juga dikembangkan untuk memproduksi protein manusia dalam jumlah besar bagi kepentingan farmasi, serta merekayasa organ-organ hewan agar menyerupai organ manusia untuk kepentingan transplantasi. Caranya adalah mentransfer gen manusia ke hewan.

Beberapa tahun terakhir, para ilmuwan mengatakan bahwa tantangan terbesar bagi dunia kedokteran abad ini yaitu menguraikan hubungan gen, faktor lingkungan, berbagai jenis penyakit, dan respons tubuh terhadap pengobatan. Dengan kemajuan dalam analisis genom, semua tantangan tersebut akan dapat dijawab dalam waktu dekat. Kita tunggu saja.

Sumber :
-Intisari Juni 2008
-http://www.freemedicaljournals.com
-http://www.genetics.org/contents-by-date.0.shtml
-http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?call=bv.View..ShowSection&rid=gnd.preface.91
-http://www.ornl.gov/sci/techresources/Human_Genome/home.html

MENGENAL PANGAN HASIL REKAYASA GENETIKA

Selama bertahun-tahun, manusia telah melakukan seleksi tanaman untuk menghasilkan produk bahan pangan yang lebih baik untuk kelangsungan hidupnya. Meskipun mereka tidak mengetahui pengetahuan rekayasa genetika, pada kenyataannya mereka telah menggunakan prinsip-prinsip bioteknologi. Dengan kata lain leluhur kita telah memindahkan dan mengubah gen untuk meningkatkan kualitas makanan tanpa menyadarinya. Sekarang, bioteknologi modern memungkinkan produsen makanan untuk melakukan hal yang sama tetapi dengan pemahaman dan ketepatan yang lebih tinggi. 
Rekayasa genetika merupakan salah satu teknik bioteknologi yang dilakukan dengan cara pemindahan gen dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya (dikenal juga dengan istilah transgenik). Tujuannya adalah untuk menghasilkan tanaman/hewan/jasad renik yang memiliki sifat-sifat tertentu sehingga mendatangkan keuntungan yang lebih besar bagi manusia. Gen merupakan suatu unit biologis yang menentukan sifat-sifat makhluk hidup yang dapat diturunkan.
Pangan hasil rekayasa genetika merupakan pangan yang diturunkan dari makhluk hidup hasil rekayasa genetika. Pada umumnya pangan bersumber dari tanaman, dan tanamanlah yang sekarang ini paling banyak dimuliakan melalui teknik rekayasa genetika. Tanaman hasil rekayasa genetika dikembangkan menggunakan alat bioteknologi modern. Berbeda dengan metode pertanian tradisional/konvensional. Keduanya mempunyai maksud yang sama yaitu menghasilkan varietas tanaman unggul dengan sifat yang telah diperbaiki, yang menjadikannya lebih baik untuk ditanam, dan lebih menarik untuk dimakan serta manfaat lainnya. Perbedaannya terletak pada bagaimana hasil itu diperoleh. “Pemuliaan tradisional memerlukan persilangan yang mencampur ribuan gen dari dua jenis tanaman dengan harapan akan mendapatkan sifat yang diinginkan. Dengan bioteknologi modern, seseorang dapat memilih sifat yang diinginkan dan menyisipkan sifat tersebut ke dalam biji. Sama halnya dengan menambahkan satu kata Spanyol ke dalam kamus bahasa Inggris. Dengan pemuliaan tanaman tradisional seseorang harus mencampur kedua kamus tersebut menjadi satu dan mengharapkan kata yang diinginkan berakhir dalam bahasa Inggris. Tentu saja akan banyak kata lain yang tidak diinginkan mulus, efisien dan memberikan hasil yang lebih baik”. (American Dietetic Association, Biotechnology resource kit,2000).
     Pada tahun 1994, tanaman pangan hasil rekayasa genetika pertama, tomat dengan sifat kemasakan tertunda, ditanam dan dikonsumsi di Negara maju. Sejak saat itu jumlah pangan yang berasal dari tanaman hasil rekayasa genetika kian hari kian bertambah. 
    Meskipun demikian, pengenalan makanan baru sebagai bagian dari menu kita menimbulkan kecemasan yang beralasan tentang keamanannya. Berikut beberapa contoh pernyataan terkait dengan isu keamanan pangan produk rekayasa genetika :
·         “Tingkat keamanan yang terkait dengan pangan produk rekayasa genetika, sekurang-kurangnya sama dengan pangan lainnya. Proses pengkajian keamanan yang dilakukan terhadap pangan hasil rekayasa lebih lengkap bila dibandingkan dengan yang dilakukan terhadap pangan lainnya. Proses pengkajian keamanan memberikan jaminan bahwa pangan produk rekayasa genetika memberikan semua keuntungan yang diberikan oleh pangan konvensional tanpa memberikan tambahan resiko” (The Australia New Zealand Food Authority).
·         “Kami belum pernah melihat bukti bahwa pangan hasil rekayasa genetika yang sekarang ada di pasaran membahayakan kesehatan manusia atau kurang aman bila dibandingkan dengan produk tanaman hasil pemuliaan tradisional” (Jane E. Henney, Commissioner, US FDA,2000).
·         “Konsultasi telah dipuaskan dengan pendekatan yang digunakan untuk mengkaji keamanan dari pangan hasil rekayasa genetika, yang telah disetujui untuk tujuan komersial” (FAO/WHO Expert Consultation Report, 2000).
·         “Salah satu ciri dari teknologi rekayasa genetika adalah pemindahan satu atau beberapa gen yang sudah diketahui dengan pasti. Hal ini memungkinkan pengujian toksisitas tanaman rekayasa genetika dapat langsung dilakukan, tidak seperti tanaman yang dimuliakan secara konvensional yang mempunyai sifat baru”. (World Academies of Science [Brazil, China,India, Mexico, UK, USA, and The 3rd World Academies of Science], 2000)   
     Pangan yang berasal dari tanaman hasil rekayasa genetika telah mengalami lebih banyak pengujian dibandingkan dengan pangan lainnya dalam sejarah. Sebelum dipasarkan pangan tersebut dikaji sesuai dengan pedoman yang telah dikeluarkan oleh berbagai lembaga ilmiah internasional seperti World Health Organization (WHO), Food And Agriculture Organization (FAO) dan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
Pedoman tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Pangan hasil rekayasa genetika harus diatur seperti halnya dengan pengaturan pangan yang dihasilkan dengan metode selain rekayasa genetika. Resiko yang terkait dengan pangan yang berasal dari hasil rekayasa pada dasarnya sama dengan pangan yang dihasilkan secara konvensional 
  2. Produk-produk tersebut akan dinilai berdasarkan keamanan, alergenisitas, toksisitas, dan nutrisinya masing-masing, bukan atas dasar metode atau teknik yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut. 
  3. Setiap penambahan unsur baru ke dalam pangan melalui rekayasa genetika akan dimintakan persetujuan sebelum dipasarkan seperti halnya penambahan bahan tambahan pangan (misalnya pengawet dan pewarna) untuk makanan yang harus mendapat izin sebelum diedarkan.

Beberapa Contoh Pangan Hasil Rekayasa Genetika
Tanaman pangan hasil rekayasa genetika hampir serupa dengan tanaman aslinya tetapi mempunyai ciri-ciri istimewa yang menjadikannya lebih baik dan bermutu. Tanaman hasil rekayasa genetika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Daya tahan terhadap penyakit
2.      Toleransi terhadap herbisida
3.      Profil nutrisi yang lebih baik
4.      Masa simpan lebih lama

Kedelai toleran herbisida
Kedelai toleran herbisida mengandung gen yang resisten terhadap suatu herbisida spektrum luas yang ramah lingkungan. Kedelai jenis ini lebih memudahkan petani untuk mengontrol rumput dan mengurangi kerusakan tanaman.
Keuntungan lain yaitu efisiensi ladang dengan hasil yang optimal, efisiensi waktu serta meningkatkan fleksibilitas rotasi tanaman. Kedelai ini memiliki nilai gizi dan komposisi yang sama dengan kedelai jenis lain.

Jagung Tahan Serangga
            Jagung ini mengandung suatu protein pembunuh serangga yang berasal dari mikroorganisme tanah (Bt) yang memberikan perlindungan dari serangga pengorek jagung (corn borers). Protein Bt ini telah digunakan sebagai insektisida organik yang aman selama lebih dari 40 tahun. Dengan menanam jagung ini petani tidak perlu menggunakan insektisida. Jagung Bt juga dapat mengurangi kontaminasi toksin yang disebabkan oleh serangan jamur pada biji yang rusak.

Kentang Tahan Serangga
            Sama halnya dengan jagung tahan serangga, kentang jenis ini juga mengandung protein yang memberikan perlindungan terhadap serangan kumbang kentang Colorado.

Tomat dengan Kematangan Tertunda
            Tomat jenis ini merupakan tanaman pangan rekayasa pertama yang dihasilkan di sebuah Negara maju. Tomat jenis ini mempunyai masa simpan lebih lama karena mengandung suatu gen yang dapat memperlambat proses pelunakan. Tomat ini mempunyai rasa yang lebih enak dibandingkan tomat jenis lain. Masa simpan yang lebih lama memberikan keuntungan yaitu mengurangi biaya produksi selama proses panen dan distribusi.

Pepaya Tahan Virus
            Pepaya yang dihasilkan di Hawaii ini mempunyai gen yang mengkode protein coat dari pepaya ringspot virus (PRSV). Protein ini memberikan perlindungan ketahanan di dalam pepaya terhadap serangan virus PRSV.

BAGAIMANA PANGAN HASIL REKAYASA GENETIKA DIKAJI KEAMANANNYA??
Sebelum pangan hasil rekayasa genetika dipasarkan, harus diuji secara teliti terlebih dahulu oleh pengembang, dan secara terpisah diuji oleh pakar di bidang nutrisi, toksikologi, alergenitas dan berbagai aspek pangan lainnya. Pengkajian keamanan pangan tersebut didasarkan pada pedoman yang telah disusun oleh badan pengaturan yang kompeten dari setiap negara yang meliputi : deskripsi produk pangan, informasi rinci tentang maksud penggunaannya, data molekuler, toksikologi, nutrisi dan alergenisitas. Berikut adalah pertanyaan khusus yang harus dijawab oleh pengembang :
  • Apakah ada pangan yang sejenis dengan pangan hasil rekayasa genetika yang selama ini terbukti aman digunakan?
  • Apakah ada perubahan konsentrasi toksin dan alergen yang terdapat dalam pangan?
  • Apakah tingkat dari nutrisi kunci berubah?
  • Apakah substansi baru dalam pangan hasil rekayasa genetika memiliki sejarah pemakaian yang aman?
  • Apakah daya cerna makan menjadi berubah?
  • Apakah pangan tersebut diproduksi dengan menggunakan prosedur yang berlaku dan diterima?


Bahkan setelah pertanyaan tersebut dan beberapa pertanyaan lainnya terjawab, masih ada beberapa langkah dalam proses persetujuan sebelum pangan diedarkan. Kenyataannya produk pangan hasil rekayasa genetika lebih banyak diteliti dibandingkan dengan produk pangan lain yang dihasilkan secara konvensional.


ISU PENTING YANG TERKAIT DENGAN KEAMANAN PANGAN HASIL REKAYASA GENETIKA
Resistensi Terhadap Antibiotika
            Beberapa tanaman produk bioteknologi mengandung gen yang mengatur sifat yang disebut dengan resistensi terhadap antibiotika. Peneliti menggunakan gen tersebut sebagai penanda untuk mengetahui apakah gen yang diinginkan telah berhasil dimasukkan ke dalam sel. Kekhawatiran yang timbul adalah gen penanda tersebut dapat pindah dari tanaman produk rekayasa genetika ke mikroorganisme, yang umumnya terdapat dalam usus manusia dan mengakibatkan meningkatnya ketahanan terhadap antibiotika. Telah banyak pengkajian dan penelitian tentang hal ini dan menyimpulkan sebagai berikut :
  • Kemungkinan pindahnya gen resisten terhadap antibiotika ke organisme lainnya adalah sangat-sangat kecil, dan
  • Apabila kemungkinan yang sangat kecil tersebut terjadi, dampak daripada pemindahan sifat resisten terhadap antibiotika ini dapat diabaikan, karena penanda yang digunakan sangat terbatas digunakan pada manusia dan hewan.

Meskipun demikian, peyaringan alergenisitas merupakan bagian yang sangat penting dari uji keamanan pangan sebelum suatu pangan diedarkan. Alergen mempunyai kesamaan sifat seperti : tetap stabil selama pencernaan, cenderung tetap stabil selama proses pembuatan pangan, terdapat dalam jumlah besar dalam pangan. Tidak satupun protein yang dimasukkan ke dalam produk rekayasa genetika memiliki salah satu dari sifat tersebut. Protein dalam produk rekayasa genetika memiliki fungsi yang telah diketahui dengan cermat dan berada dalam jumlah yang sangat sedikit, mudah terdegradasi dalam usus.  


REFERENSI
1.      Publikasi WHO (2003) : “20 Question On Genetically Modified (GM) Foods
2.      Asian Food Information Centre, Apa yang perlu diketahui tentang bioteknologi makanan
3.      International Service for the Acquisition of Agri-Biotech Applications, Global Knowledge Center on Crop Biotechnology, Pocket K No.1
4.      International Service for the Aqquisition of Agri-Biotech Applications, Global Knowledge Center on Crop Biotechnology, Pocket K No.2
5.      International Service for the Aqquisition of Agri-Biotech Applications, Global Knowledge Center on Crop Biotechnology, Pocket K No.3


Sumber kutipan : Republika/ Selasa, 29 Mei 2007