Nama lengkapnya adalah Waliyuddin ‘Abd al-Ramhan ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Abi Bakr Muhammad ibn al-Hasan ibn Khaldun. Dia lahir di Tunisia di awal bulan Ramadhan 732 H (27 Mei 1333 M) dan wafat di Kairo pada tanggal 25 Ramadhan 808 H (19 Maret 1406 M).
Keluarganya berasal dari Hadhramaut dan silsilahnya sampaikan kepada seorang sahabat Nabi yang bernama Wayl ibn Hujr dari kabilah Kindah. Salah seorang cucu Wayl, Khalid ibn ‘Utsman, memasuki daerah Andalusia bersama orang-orang Arab penakluk di awal abad ke-3 H (9 M). Anak cucu Khalid membentuk satu keluarga yang besar dengan nama Bani Khaldun. Dari Bani inilah nama ibn Khaldun berasal. Bani Khaldun ini pertama kali berkembang di kota Qarmunah di Andalusia. Di kota inilah mereka bertempat tinggal sebelum hijrah ke kota Isybilia (Seville). Di kota yang terakhir ini bintang Bani Khaldun mulai bersinar.
Anggota keluarga Bani Khaldun menduduki beberapa jabatan penting. Ketika dinasti al-Muwahhidun mengalami kemunduran di Andalusia, Bani Hafsh, penguasa Isybilia, hijrah ke Tunisia, Afrika karena daerah kekuasaannya jatuh ke tangan penguasa Kristen. Bani Khaldun juga ikut hijrah ke sana. Abu Bakr diangkat menjadi gubernur di Tunisia, sementara anaknya, Muhammad ibn Abi Bakr, kakek ibn Khaldun, menjadi menteri kehakiman. Walaupun kekuasaan Bani Hafsh di Tunisia jatuh ke tangan pemimpin al-Muwahhidun, Amir Abu Yahya al-Lihyani (711 H), kakek ibn Khaldun tetap menduduki jabatan penting. Akan tetapi, salah seorang puteranya, Abu ‘Abdillah Muhammad, ayah ibn Khaldun, tidak terjun ke dunia politik dan cenderung memasuki dunia ilmu dan pendidikan.
Secara umum kehidupan Ibn khaldun dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu:
Pertama, fase kelahiran, perkembangan, dan studi. Fase ini berlangsung sejak kelahiran sampai usia dua puluh tahun, yaitu dari tahun 732 H/ 1332 M hingga tahun 751 H/ 1350 M. Fase ini dilaluinya di Tunis.
Kedua, fase bertugas di pemerintahan dan terjun ke dunia politik di Maghrib dan Andalusia, yaitu dari tahun 751 H/ 1350 M sampai tahun 776H/ 1374 M.
Ketiga, fase kepengarangan, ketika dia berpikir dan berkontemplasi di Benteng Ibn Salamah milik Banu ‘Arif, yaitu sejak tahun 776 H/ 1374 M sampai 784 H/ 1382 M.
Keempat, fase mengajar dan bertugas sebagai Hakim Negeri di Mesir, yaitu dari tahun 784 H/ 1382 M sampai wafatnya tahun 808 H/ 1406 M.
Dalam sejarah Islam, Ibn Khaldun dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dalam Islam. Salah satu teori Ibn Khaldun yaitu suatu negara pada awalnya tumbuh dan berdiri serta jaya, kemudian runtuh atau hancur.
Kerajaan dan dinasti hanya bisa ditegakkan atas bantuan dan solidaritas rakyat. Apabila negara telah berdiri teguh ia dapat meninggalkan solidaritas sosial.
Sebabnya ialah karena negara yang baru didirikan hanya dapat memiliki kepatuhan rakyat dengan bantuan banyak paksaan dan kekerasan. Sebabnya ialah karena rakyat belum membiasakan diri dengan kekuasaan yang baru dan asing itu.
Akan tetapi apabila kedudukan raja telah ditegakkan dan diwarisi keturunan demi keturunan, atau dinasti demi dinasti, maka orang akan lupa keadaannya yang asal. Rakyat tunduk kepada mereka yang memerintah sebagaimana tunduk kepada ajaran agama, serta berjuang untuk mereka sebagaimana berjuang untuk agama sendiri. Dalam tingkat ini orang yang memerintah tidak lagi bergantung kepada kekuatan angkatan bersenjata yang besar, sebab kekuasaan telah diterima sebagai kehendak Allah yang tidak bisa diubah atau ditentang.
Adalah suatu hal yang sangat penting bahwa pembahasan tentang imamah dimasukkan ke dalam buku-buku tauhid pada bagian yang terakhir dari pembicaraan tentang rukun iman, seolah-olah Imamah itu merupakan bagian daripadanya. Sejak itu dan seterusnya kekuasaan raja berpangkal kepada orang-orang yang mendapat perlindungan dari rumah tangga istana, ialah orang-orang yang dibesarkan di bawah perlindungannya; atau kalau tidak, maka raja itu bergantung kepada barisan-barisan bersenjata asing yang bekerja kepadanya.
Contoh mengenai ini diberikan oleh dinasti Abbasiyah. Dalam zaman Khalifah Al-Mu’tasim dan anaknya al-Watsiq, semangat dan kekuatan bangsa Arab telah menjadi lemah, sehingga raja-raja bergantung sebagian besar kepada orang-orang yang mendapat perlindungan yang diambil dari bangsa-bangsa Persia, Turki, Dailami, Saljuk dan lain-lainnya. Orang-orang asing ini dengan segera dapat menguasai provinsi-provinsi, sedang kekuasaan Abbasiyah sendiri hanya terbatas pada daerah sekitarnya saja. Kemudian bangsa Dailami menduduki Baghdad dan menempatkan Khalifah-khalifahnya di bawah kekuasaan mereka. Mereka digantikan oleh bangsa Saljuk, yang kemudian disusul oleh bangsa Tatar, yang membunuh Khalifahnya dan menyapu bersih dinasti itu.
Keadaan yang demikian terjadi pula pada dinasti Umayyah di Spanyol. Setelah semangat dan solidaritas bangsa Arab menjadi lemah, maka para tuan tanah merampas kerajaan itu dan membagi-baginya di antara mereka. Masing-masing menempatkan diri sebagai tuan yang paling tinggi dalam daerahnya, mengikuti contoh bangsa asing dalam kerajaan Abbasiyah itu, dan secara tidak sah mempergunakan tanda-tanda dan gelar-gelar kedaulatan dengan bebas tanpa rasa takut kepada siapa saja yang akan menyerang atau mengubahnya, sebab Spanyol (Andalus) bukanlah pusat solidaritas sosial atau pun suku-suku.
Mereka mempertahankan kekuasaan itu dengan perantaraan orang-orang yang mendapat perlindungan dan hamba sahaya yang telah dimerdekakan, dan dengan bantuan suku-suku yang terdiri dari orang-orang Barbar, Zenatah dan suku-suku lain yang masuk ke Spanyol dari tanah Afrika Utara. Mereka meniru cara-cara yang berlaku di dalam kerajaan Bani Umayyah ketika sedang dalam keadaan sekarat dan sedang mempertahankan kekuatan pemerintahan dengan bantuan mereka. Ibnu Abi ‘Amir berkuasa penuh atas negara. Pendatang-pendatang baru tersebut memiliki kerajaan-kerajaan besar. Masing-masing mempunyai kekuasaan atas daerah-daerah Spanyol. Mereka memperoleh daerah kekuasaan yang begitu luas dibanding dengan luasnya daerah dinasti yang mereka bagi-bagikan. Mereka dalam kekuasaan yang demikian hingga datang kaum Murabith yang memiliki solidaritas sosial yang kuat dari Lamtunah - melalui laut. Yang terakhir ini datang mengganti dan melenyapkan mereka dari pusat-pusat pemerintahan, serta menyapu bersih dinasti mereka, sebab mereka tidak kuasa mempertahankan diri karena semangat dan solidaritas sudah tidak mereka miliki.
1 komentar:
menarik sekali sejarah pejalanan hidup ibn Khaldun.
Posting Komentar